Ngomongin Buku || Wuthering Heights karya Emily Brontë

 

Judul: Wuthering Heights

Pengarang: Emily Brontë

Jumlah Halaman: 488 hlm.

Tahun Terbit: 2021 (cetakan ketiga)

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

ISBN: 978-602-064-691-6

***

"Entah terbuat dari apa jiwa kami, tetapi jiwanya dan jiwaku sama."

—Wuthering Heights, Emily Brontë


Ketika membaca kutipan di atas, kalian pasti berpikir, "Aw, so sweet banget sih." Kemudian kalian akan beranggapan bahwa Wuthering Heights merupakan kisah cinta klasik yang sudah sering ditemui seperti karya Jane Austen.

Mohon maaf, kenyataannya gak begitu karena ini adalah buku paling STRES yang pernah kubaca. 

Wuthering Heights membawakan kisah cinta yang kelam, obsesif, bittersweet, dan agak (insert kata makian). Aku agak mempertanyakan kondisi penulis ketika menggarap kisah ini. Sekalem apa Emily Brontë ketika menuliskan sesuatu yang membuat pembaca geram hingga mencak-mencak gak jelas?

Novel ini dimulai dari sudut pandang Mr. Lockwood, seorang pria yang baru saja pindah ke Thrushcross Grange. Beliau menemui Mr. Heathcliff, yang tinggal tak jauh darinya di sebuah kediaman bernama Wuthering Heights. 

Mr. Lockwood ingin mengetahui lebih banyak hal mengenai Mr. Heathcliff yang muram nan galak beserta kediamannya di Wuthering Heights. Kebetulan, salah satu pelayan di Thrushcross Grange pernah menjadi pelayan di Wuthering Heights. Namanya Nelly Dean, dan dialah yang menjadi narator utama dalam buku ini. 

Dari cerita Nelly, pembaca akan mengetahui bahwa Wuthering Heights berpusat pada kisah cinta Catherine Earnshaw dan Heathcliff yang terhalang oleh status mereka. Karena sebuah kesalahpahaman, Heathcliff pun melarikan diri dari Wuthering Heights. Bertahun-tahun kemudian, setelah Catherine menikahi pria lain, Heathcliff kembali sebagai pria yang lebih kaya dan berstatus sosial tinggi. Reuni tersebut menjadi awal mulai balas dendam Heathcliff terhadap Catherine atas kisah cinta mereka yang gagal terwujud di masa lalu.

Dilihat dari sinopsis singkatnya, aku sempat berpikir kalau ini akan jadi kisah cinta bittersweet yang cukup menyayat hati. Namun, kalau dibuat presentasenya, mungkin yang kualami selama membaca adalah 99% stres dan 1% sedih. 

Let's talk about what I like...

Buku ini memang menyiksa pembaca, but I think in a good way. Aku suka sama penulisnya yang membuat semua tokoh di buku ini jahat dengan cara mereka masing-masing. Walau gak ada tokoh yang kusukai, setidaknya karakteristik yang mereka miliki melengkapi satu sama lain. Kegilaan mereka dalam bertindak membuat kalian bersyukur tidak tinggal atau bekerja di dekat tokoh-tokoh dalam buku ini. 

Bagiku alur novel ini cukup lambat, tetapi aku suka cara sang penulis menceritakan hubungan antartokoh dengan baik sehingga menambah feel ketika membaca. Emily Brontë took her time to build the tension, menyajikan pertengkaran dan perselisihan yang makin lama makin gila. Emosi pembaca benar-benar diaduk dan kewarasan kita sangat diuji saat membaca novelnya. Meski demikian, kita tetap ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi pada para tokoh.

Untuk kalian yang kurang suka sama kisah cinta obsesif dengan bumbu toxic, sebaiknya dipikir kembali sebelum membaca buku ini. Romansanya terasa beda dari yang lain, tak jarang membuat pembaca mengerutkan kening. Namun, ada sepercik keindahan di dalamnya.
"Karena kesengsaraan dan kebejatan, kematian, dan apa pun yang bisa dijatuhkan Tuhan maupun Iblis semestinya takkan memisahkan kita, tetapi kau, atas kemauanmu sendiri, melakukannya."

Menurutku, kisahnya gak melulu berputar pada romansa. Unsur kekerasan terhadap masyarakat golongan bawah juga ditonjolkan dalam cerita ini. Malah masalah ini juga yang menjadi penyebab terjadinya kisah tragis Wuthering Heights. Heathcliff, sebagai anak jalanan yang dibawa pulang oleh Mr. Earnshaw (ayah Catherine), mengalami banyak kekerasan dari berbagai orang di sekelilingnya. Dia dan Catherine pun tak bisa bersatu meski keduanya saling mencintai, sehingga berujung pada aksi balas dendam yang mampu merontokkan rambut pembaca. 

But...

Banyak trigger yang perlu diperhatikan sebelum membaca buku ini, termasuk kekerasan, darah, kematian, kata-kata kasar, dan toxic relationship. Kalau ingin menambahkan lagi silakan saja.

Buku ini gak bakal cocok untuk semua orang. Kalau kalian mau cari bacaan klasik, mending jangan langsung coba baca ini, kecuali kalian memang udah siap. 

Aku sendiri beranggapan bahwa tema buku ini yang dark dan hal negatif lainnya menjadi sebuah ciri khas yang bagus. Namun, tentunya gak semua orang bisa berpikiran sama. Sesuaikan aja dengan selera masing-masing.

Buku ini aku kasih rating 3,5/5 🌟Wuthering Heights beneran ngasih pengalaman membaca yang baru buatku. 

Thank you for reading!💋

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer