Ngomongin Buku || Convenience Store Woman karya Sayaka Murata



Judul: Convenience Store Woman

Pengarang: Sayaka Murata

Jumlah Halaman: 94 hlm.

Tahun Terbit: 2018

Penerbit: Grove Press

ISBN: 978-0-8021-2825-6

Blurb

Keiko Furukura selalu dianggap aneh. Namun, keputusannya untuk bekerja di sebuah minimarket memberi makna baru bagi hidup Keiko. Alhasil, selama delapan belas tahun, Keiko tidak pernah berhenti dari pekerjaan paruh waktunya itu. Kehidupan di minimarket menjadi satu-satunya hal yang mengisi kesehariannya dan memberi arti bagi hidupnya. 

Akn tetapi, orang-orang di sekitar Keiko mulai khawatir. Seorang wanita berusia tiga puluh enam tahun seperti dirinya tidak bisa terus-terusan melajang dan bekerja paruh waktu. Masalahnya, Keiko tidak bisa melepaskan kehidupannya sebagai pegawai minimarket.

Karakter

"I was born into a normal family and lovingly brought up in a normal suburban residental area. But everyone thought I was a rather strange child."

—Keiko, Convenience Store Woman 

Karakter Keiko Furukura memang terkesan aneh. Hanya dengan membacanya lewat tulisan saja, kita sudah dibuat terheran-heran sama kepribadiannya. Cara berpikir Keiko memang berbeda dari orang pada umumnya dan dia gak sentimental sama sekali. 

Selama hidupnya, Keiko bertahan dari cercaan masyarakat dengan cara meniru orang lain. Bayangin aja, guys, mulai dari cara berpakaian, riasan wajah, bahkan cara bicara pun harus dia tirukan. Terkesan kayak robot gak sih? :" Namun begitulah Keiko; dia gak paham bagaimana cara menjadi manusia.

Karena alasan inilah, Keiko menemukan kenyamanan ketika bekerja di minimarket. Dia diajari cara berperilaku dan berbicara layaknya seorang pegawai yang baik. Keiko menganggap pelatihan ini merupakan sebuah jalan baginya untuk belajar menjadi manusia normal. Karena dia mudah meniru perilaku orang lain, dia pun merasa kehidupan sebagai pegawai minimarket lebih mudah dan membuatnya merasa normal.

I was good at mimicking the trainer's examples and the model video he'd shown us in the back room. It was the first time anyone had ever taught me how to accomplish a normal facial expression and manner of speech. 

—Keiko, Convenience Store Woman 

Beberapa pembaca mengasumsikan bahwa Keiko mengidap autisme walaupun sang penulis tidak pernah mengungkapkannya secara gamblang. Walau karakter Keiko memang unik, tetapi jiwanya terasa kosong. Bayangin aja, sehari-hari yang dia pikirkan cuma minimarket. Dia gak peduli pada aspek kehidupan yang lain kecuali untuk formalitas semata.

Isu yang Diangkat

Buku ini mengangkat beberapa isu yang selalu ada dalam masyarakat. Misalnya, persoalan mengenai wanita yang sudah berusia tua tetapi belum menikah atau memiliki pekerjaan tetap. Posisi Keiko di sini benar-benar terjepit dari segala arah. Walaupun dia tidak mempedulikan pekerjaan tetap atau kehidupan romansa, tetap saja ada manusia yang suka "ngurusin" hidup orang lain.

"People who don't fit into the village are expelled: men who don't hunt, women who don't give birth to children. For all we talk about modern society and individualism, anyone who doesn't try to fit in can expect to be meddled with, coerced, and ultimately banished from the village."
—Shiraha, Convenience Store Woman

Dalam kehidupan sehari-hari pun, kita seringkali diharapkan untuk mengikuti alur hidup manusia pada umumnya: lahir-sekolah-kuliah-kerja-menikah-punya anak. Ketika kita melewatkan atau mengabaikan satu tahap, orang-orang bakal mulai "memberitahu" apa yang seharusnya kita lakukan.

Keiko pun menghadapi masalah semacam itu. Walaupun disuruh-suruh menikah atau mencari pekerjaan lain, Keiko mah santuy aja dan ngeles dengan berbagai alasan agar tetap dianggap normal. Padahal pada kenyataannya, dia sudah terlanjur menikmati kehidupannya yang stagnan.

Tak hanya itu, Keiko juga heran pada orang-orang yang selalu mengarang cerita atas kondisinya. Misalnya nih, banyak yang mengira bahwa kondisi Keiko disebabkan oleh keluarganya yang tidak harmonis, padahal kenyataannya gak gitu. Namun, kok orang suka yang bikin-bikin cerita gak jelas cuma buat menjawab rasa penasaran mereka? Itulah yang bikin Keiko tak habis pikir.

"When something was strange, everyone thought they had the right to come stomping in all over your life to figure out why. I found that arrogant and infuriating, not to mention a pain in the neck."

—Keiko, Convenience Store Woman 

 

Kelebihan Buku Ini 

1. Isu yang diangkat

Aku suka dengan permasalahan yang diangkat dalam buku ini. Menurutku banyak orang bakal merasa relate, apalagi buat yang sering ditanya "kapan nikah?"; "kapan punya anak?"; dan lain-lain. 

2. Sudut pandang

Manusia pada umumnya bakal stres kalau ngadepin orang-orang yang selalu kepo, tetapi di novel ini, kita justru diajak untuk melihat persoalan dari orang yang, bisa dibilang, bodo amat dan selalu ngeles jika ditanyai. 

Keiko ini memang kayak robot; datar banget hidupnya. Hal ini juga yang bikin aku merasa agak berat ketika baca, karena gak kebayang gimana seseorang bisa hidup sedatar dan sehampa itu, tapi dianya tetap enjoy. 😭😭

Kekurangan Buku Ini

Kalau menurutku, kepribadian Keiko bisa menjadi nilai plus sekaligus nilai minus. Beberapa pembaca menganggap bahwa karakternya kurang masuk akal, seolah penulis gak memahami kepribadian manusia. Tapi, aku fine-fine aja dengan hal tersebut dan masih bisa menikmati jalan cerita.

Rekomendasi

Buku ini cocok buat kalian yang:
  1. suka novel slice of life dari Jepang;
  2. mau mencari bahan bacaan ringan namun bermakna;
  3. mau mencari buku yang bikin terheran-heran;
  4. mengalami permasalahan serupa dengan Keiko. Mungkin buat yang lagi quarter life crisis, hidupnya sering dikepoin, lagi berusaha mencari pekerjaan, mencari pasangan, dan lain-lain.

Komentar

Postingan Populer