Ngomongin Buku || The Fork, the Witch, and the Worm karya Christopher Paolini

 

Source

Judul: The Fork, the Witch, and the Worm (Cukit, sang Penyihir, dan sang Naga)

Pengarang: Christopher Paolini

Jumlah Halaman: 240 hlm.

Tahun Terbit: 2021

Penerbit: GPU

ISBN: 978-602-063-752-5

“May Mister Stabby always bring you good fortune.”

Perhatian!

Pastikan kalian telah membaca seri Siklus Warisan (The Inheritance Cycle) sebelum membaca review ini untuk menghindari spoiler.

Blurb

Sudah setahun Eragon berangkat dari Alagaësia untuk mencari rumah bagi generasi baru Penunggang Naga. Dia membangun benteng naga, menjaga telur-telur naga, dan berurusan dengan Urgal yang rusuh serta kaum peri yang angkuh. 

Visi dari Eldunarí, tamu-tamu tidak terduga, dan legenda Urgal yang menegangkan menjadi pengalih perhatian yang amat dibutuhkannya serta memberi perspektif baru.

Worldbuilding

Buat yang sudah mengikuti seri Siklus Warisan dari buku pertama hingga spin-off ini, kalian pasti gak asing lagi sama Alagaësia, negeri yang dibangun oleh sang penulis dengan keberagamannya yang memukau. Cara penulis membuat perbedaan budaya dan bahasa antarkaum membuat Alagaësia terasa lebih nyata. 

Karakter

Eragon tidak sepenuhnya menjadi karakter utama dalam buku ini. Dia lebih banyak mengamati, membaca, dan menyimak kisah dari orang-orang di sekitarnya. 

Kemunculan tokoh dari seri utama Siklus Warisan bikin aku tambah penasaran sama kisah mereka setelah ini. Menurutku, membaca dari perspektif baru memang terasa menyegarkan, terutama dari sisi tokoh yang belum pernah kita ikuti sudut pandangnya selama berpetualang di empat novel utama. Dalam spin-off kali ini, Christopher Paolini mengajak kita untuk mengikuti sekilas kisah dari Murtagh dan Thorn, Angela dan Elva serta mengenal kaum Urgal lebih jauh melalui legenda yang mereka bawakan mengenai Naga dari Kulkaras.

Kelebihan Buku Ini

1. Bikin Penasaran

Kemungkinan besar buku ini akan ada lanjutannya, karena pada bagian sampul, tertulis bahwa ini masih merupakan volume pertama. Memang ada beberapa hal yang ingin aku ketahui lebih lanjut setelah membaca buku ini, terutama mengenai Murtagh dan Thorn. Aku juga agak berharap ke depannya Paolini menunjukkan usaha Eragon dan teman-temannya dalam membangun kembali ras Penunggang Naga.

2. Ringan 

Walaupun seri Siklus Warisan termasuk buku yang agak berat untuk dibaca, menurutku buku spin-off ini terasa jauh lebih ringan. Jumlah halamannya tidak banyak; ukuran hurufnya juga lebih besar, pertanda kalau cerita yang disampaikan tidak terlalu padat. 

3. Penyampaiannya yang Menarik

Mungkin cara terbaik untuk membaca buku ini adalah dengan menikmati alurnya saja, seolah sedang membaca dongeng. Karena tidak ada konflik yang besar di dalamnya, mengingat buku ini cuma berisi tiga cerita pendek. 

4. Menampilkan Sudut Pandang Karakter yang Belum Mendapat Bagian di Seri Utama

Menurutku Paolini bersikap cukup adil dengan memberikan cerita mengenai mengenai Murtagh dan Thorn, Angela dan Elva, serta para Urgal. Walau hanya secara sekilas, minimal kita bisa mulai melihat dan menyelami karakter-karakter ini, yang sebelumnya kurang kita ketahui latar belakang atau karakternya secara mendalam. 

5. Pesan Moral

Beberapa pesan moral yang disampaikan melalui buku ini memang relatable. Bukan cuma Eragon yang belajar hal baru mengenai kehidupan, tetapi para pembaca juga. 

“Sometimes you have to stand and fight. Sometimes running away isn't an option.”

Kekurangan Buku Ini

Aku gak punya banyak komplen terhadap buku ini, karena pada dasarnya memang mengasyikkan untuk dibaca. Ada beberapa bagian yang mungkin terasa agak membosankan, tapi tidak begitu mengganggu proses membaca.

Rekomendasi

Buku ini cocok banget buat kalian yang sudah kangen sama Alagaësia. Kalian akan diajak kembali menyelami dunia yang ajaib ini bersama karakter di seri Siklus Warisan serta mendapat insight baru mengenai kehidupan Alagaësia melalui cerita yang disajikan.

Komentar

Postingan Populer