Ternyata Anotasi Buku Seru Juga!

Ketika berselancar di aplikasi burung biru, beberapa kali aku liat ada pembaca yang bertanya: "Sebenarnya annotating buku itu gimana, sih?"

Jawaban simpelnya adalah: kamu membuat catatan pengalamanmu selama membaca, atau sesederhana menandai bagian yang kamu sukai dengan color code tertentu. Dan untuk buku-buku fiksi, kamu gak perlu selalu menuliskan hal-hal yang serius. Bahkan aku sendiri biasanya cuma sekadar menulis LOL disertai emotikon ketawa yang digambar sendiri. 

Bisa dibilang, aku bukan expert dalam hal annotating. Tapi seru aja sih ngelakuinnya, hehehe. 

Contoh anotasiku di buku Wuthering Heights

Contoh anotasiku di buku Wuthering Heights

Kalau ditanya, "Waduh, memangnya gak sayang ya bukunya dicoret-coret?"

Dulu aku paling anti mencoret buku. Bahkan sekadar kebiasaan meng-highlight buku aja kuhentikan demi menjaga kebersihan buku. Posesif banget lah, sampai teman mau megang buku aja langsung kuomelin.  Memang aku aja yang terlalu lebay. 

Kebiasaan ini berlangsung cukup lama, sampai suatu saat, aku menyadari bahwa buku yang dicoret-coret ternyata estetik juga, ya. 


Eits, tapi alasannya bukan cuma itu ya, gengs😂. Setelah mencoba annotating buku, aku mulai menikmati prosesnya. Aku merasa diajak untuk ikut berpikir dan berpendapat. Jadi mirip komentator di pertandingan sepak bola gitu, deh. 

Tapi gak semua buku bisa dianotasi. Seringkali aku cuma annotate buku tertentu yang benar-benar bikin aku banyak komentar. Contohnya aja Wuthering Heights. Buat yang udah baca, pasti tahu secapek apa baca buku ini karena semua tokohnya bikin stres. Nah, demi menjaga kewarasan selama membaca, akhirnya kuputuskan untuk annotating dengan menuliskan komentarku terhadap bagian tertentu, walaupun sekadar memarahi karakter yang menyebalkan atau mentertawakan kebodohan mereka. 

Pengalaman anotasi bukuku yang pertama adalah di novel Life of Pi. Aku merasa ada banyak banget pikiran yang ingin kutuangkan, makanya aku memberanikan diri untuk mulai coret-coret. Hasilnya? Ternyata menyenangkan bisa membaca ulang novel yang sudah terisi oleh pikiranku sendiri. 
Annotation-ku di buku Life of Pi karya Yann Martel

Annotation-ku di buku Life of Pi karya Yann Martel

Ada satu video yang pernah kutonton dan menurutku kontennya cukup bagus dalam menjelaskan alasan seseorang melakukan anotasi pada bukunya. Dalam video tersebut, dikatakan bahwa semua buku sebenarnya cuma objek. Yang terpenting bukanlah "benda"-nya, tetapi ilmu atau nilai yang kita dapatkan dari buku tersebut. 


"Apakah aku harus coret bukuku?"

Kamu gak wajib mencoret bukumu, karena semua orang punya preferensi yang berbeda dalam hal merawat bukunya. Nah, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan, loh!

1. Menggunakan sticky notes kertas




Sticky notes kertas adalah solusi pertama dan termudah untuk menuliskan isi pikiran di buku tanpa langsung mencoret bukumu. Kamu bisa memilih ukuran sticky notes yang sedang supaya lebih enak menulis. Akan tetapi, kekurangannya adalah kamu akan agak kesulitan ketika membaca ulang novel tersebut karena tulisannya tertutupi oleh lembaran sticky notes. 

2. Menggunakan sticky notes bening


Sticky notes bening adalah penemuan yang menyelamatkan para pembaca, karena gak perlu repot-repot lagi mengangkat atau melepas lembar sticky notes ketika membaca ulang suatu paragraf. 

Sedikit catatan, lebih baik kamu tidak memakai pen gel ketika menulis di sticky notes ini karena tintanya akan sulit kering. 

3. Menulis di buku terpisah/notes ponsel

Cara ketiga adalah dengan menuliskan catatan atau isi pikiran di tempat terpisah. Kamu bisa memakai buku catatan dan aplikasi notes di ponsel. Cara ini akan cukup merepotkan karena kamu harus bolak-balik antara buku yang sedang dibaca dengan catatanmu, tapi sisi baiknya, kamu bisa menulis catatan dengan lebih leluasa tanpa terkendala ruang menulis yang sempit. 

"Apa gunanya anotasi buku?"

1. Membantu kamu menulis review

Hayoo, siapa yang suka bingung mau nulis apa pas nge-review buku? Nunjuk diri sendiri.

Padahal selama membaca, pikiran kita udah penuh banget sama pendapat mengenai buku. Eh, pas udah selesai, semua itu menguap begitu saja. Nyebelin banget gak, sih? Alhasil resensi kita terasa B aja. Buat kamu yang pengen menganalisis secara mendalam pun jadi kesulitan karena gak punya catatan atau penanda mengenai bagian yang ingin kamu bahas. Terutama jika buku yang dibaca tebal banget. 

Dengan adanya anotasi, kamu gak perlu khawatir meski sudah lama sejak terakhir kamu membaca suatu buku, karena semua catatanmu masih ada di tempatnya. 

2. Menjadikan bukumu punya ciri khas

Jika kamu menambahkan anotasi ke dalam buku (baik menulis secara langsung atau memakai sticky notes), maka kamu akan menambahkan bagian dari dirimu ke dalam buku tersebut. Kamu seolah ikut berkontribusi dan berbagi pikiran dengan sang penulis atau dengan sang tokoh. 

3. Menyenangkan jika dibaca kembali

Membaca kembali buku dengan anotasi pribadi ternyata asik banget! Apalagi kalau kamu udah lama gak menyentuh buku tersebut. Suatu hari, ketika kamu membukanya lagi, maka masih ada catatan mengenai isi pikiranmu di masa lalu. 

***

Well, gengs, that's all about annotating book! Perlu diingatkan sekali lagi bahwa cara ini bukan untuk semua orang dan kamu gak mesti memaksakan diri untuk mencoret buku. Kamu bisa memakai cara lain untuk menandai bukumu agar kenangan yang kamu alami selama membacanya tidak mudah hilang meski waktu telah berlalu. 

Thank you for reading! Peace out. 

Komentar

Postingan Populer