Kamu Vs. Pikiranmu: Siapa yang Menang dan Apa Pengaruhnya dalam Hidupmu?

Apakah kamu orang yang bisa mengendalikan pikiranmu? 

Mungkin beberapa orang keheranan membaca pertanyaan barusan. Tapi tahukah kamu bahwa pikiran kita seringkali memegang kendali yang besar dalam kehidupan kita?


Ketika kamu gagal melakukan sesuatu, maka berbagai jenis pikiran akan muncul. Mungkin kamu akan berpikir, "Dih, aku gak berguna banget!" atau, "Aku memang gak bisa apa-apa."
Kalau dua pikiran itu terus membayangimu, bisa-bisa kamu beneran meyakini bahwa dirimu merupakan seorang manusia yang gak berguna dan gak bisa apa-apa. Alhasil, kamu tidak semangat lagi dalam melakukan apa pun dan memilih menyerah.

Padahal, mungkin kamu memang sedang tidak beruntung dan gagal. Mungkin kamu sudah belajar keras, tetapi memang belum waktunya berhasil. Ada berbagai faktor dari luar yang mempengaruhi hasil usaha seseorang.

Kalau kamu setuju pada kedua pikiran tadi, maka kamu telah mengalami cognitive fusion, yakni suatu proses ketika kamu mempercayai bahwa pikiran kita sama seperti jati diri kita. 

Artinya, kalau kamu berpikir dirimu gak berguna, maka itulah jati dirimu: seseorang yang gak berguna dalam hidup. 

Ini sama saja seperti kamu menutup wajah dengan tangan dan mencoba melihat dari sela-sela jemari. Pandanganmu jadi terbatas, kan? Cobalah untuk menurunkan tanganmu, maka pandanganmu akan lebih luas dari sebelumnya.

Wah, ternyata pikiran kita berbahaya juga, ya! Soalnya kita bisa salah menilai diri sendiri dan malah menjadikan sisi negatif tersebut menjadi bagian dari diri kita!

Bagaimana cara terbaik untuk mengatasi cognitive fusion?

Cognitive defusion adalah proses yang bisa kamu lalui untuk memisahkan pikiran dan keadaan sebenarnya di dunia nyata. 

Misalnya, kamu mendapat nilai jelek saat ulangan karena sedang sakit dan sulit fokus. Padahal kamu sudah berusaha keras dalam mempelajari materi yang akan diujikan. Ketika mendapat nilai jelek, kamu malah merasa bodoh. 

Coba kita bedah kasus ini.
  • Yang kamu pikirkan: Kamu merasa bodoh karena tetap gak bisa menjawab soal walau sudah belajar.
  • Yang sebenarnya terjadi: Kamu sedang sakit dan sulit fokus dalam ulangan.
Nah, sekarang terlihat kan perbedaannya?

Cara melakukan cognitive defusion

1. Bayangkan pikiranmu sebagai sebuah objek

Cobalah untuk menganggap bahwa pikiranmu sebatas objek. Artinya, kamu bisa menerima atau membuangnya. Kamu tidak harus menyimpan pikiranmu dalam kepala sampai-sampai kamu malah merasa sesak karenanya. 

2. Ungkapkan pikiranmu

Daripada memendamnya dalam kepala, cobalah untuk mengungkapkannya dalam bentuk tulisan. Setelahnya, kamu bisa merobek kertas tersebut atau membuangnya di tempat sampah, seolah kamu baru saja membuang pikiran negatifmu.

3. Kamu bukanlah pikiranmu!

Sadarilah bahwa dirimu yang sebenarnya dan pikiranmu tidak selalu sejalan. Kadangkala ada pertentangan di antara kalian yang membuatmu bingung dan cemas. 

Ketika kamu mulai merasa demikian, cobalah untuk mengevaluasi ulang, apakah pikiran tersebut benar adanya atau semata-mata muncul cuma untuk menakutimu?

4. Ubahlah caramu dalam mengungkapkan pikiran

"Aku bodoh banget," pikirmu.

Eitss! Daripada mikir begitu, lebih baik ubah kata-katanya menjadi, "Barusan aku berpikir kalau aku bodoh."

Dengan menambahkan 'barusan aku berpikir', kamu menegaskan bahwa yang ada dalam benakmu hanyalah pikiran semata yang belum tentu benar.

5. Evaluasi diri

Bertanyalah pada diri sendiri dan analisis berbagai hal yang ada di sekitarmu. 

Ada berbagai faktor internal dan eksternal yang bisa mempengaruhi cara kita bertindak dan berpikir, maka dari itu, penting bagimu untuk berpikir secara objektif agar dapat memberi penilaian yang maksimal dan menghindari tindakan menyalahkan diri secara berlebihan.

Kamu juga bisa meminta bantuan orang lain untuk mengevaluasi sifatmu selama ini.

Kenapa cognitive defusion penting?

Dalam buku ACT Made Simple, Dr. Harris memberi penjelasan terkait cognitive defusion, yakni dalam tahap ini, kamu menyadari bahwa pikiranmu:
  • bisa jadi benar atau tidak;
  • bukan perintah yang harus kamu patuhi atau aturan yang perlu kamu taati;
  • bukan ancaman bagimu;
  • bukan sesuatu yang terjadi di dunia nyata, hanya ada dalam kepalamu;
  • bisa saja penting, bisa saja tidak;
  • bisa datang dan pergi sesukanya, bukanlah sesuatu yang perlu kamu tahan dalam kepala.
Nah, sekarang kamu tahu bahwa pikiranmu dan jati dirimu bisa menjadi dua hal berbeda. Pandai-pandailah dalam memilah dan mengelola pikiran agar hasil evaluasimu bisa bermanfaat untuk meningkatkan diri menjadi seseorang yang lebih baik!


Komentar

Postingan Populer