Ngomongin Buku || Rainbirds by Clarissa Goenawan



Judul: Rainbirds

Pengarang: Clarissa Goenawan

Jumlah Halaman: 400 hlm.

Tahun Terbit: 2018

No. ISBN: 978-602-03-7919-7


"Sepertinya aku melupakan hal-hal yang ingin kuingat, dan mengingat hal-hal yang ingin kulupakan, [...]."

—Rainbirds, hlm. 100


About This Book

Rainbirds mengisahkan seorang lelaki bernama Ren Ishida yang pergi ke sebuah kota kecil bernama Akakawa untuk melaksanakan prosesi pemakaman kakaknya, Keiko Ishida, yang telah meninggal akibat dibunuh oleh seseorang. Selama menetap di Akakawa untuk menyelesaikan beberapa urusan, Ren menjalani kehidupan yang mirip dengan kakaknya, seperti bekerja di kursus yang sama dan bahkan sempat menetap di tempat yang sama dengan Keiko. 

Di tengah keseharian Ren, kehidupan dan kematian kakaknya masih menimbulkan banyak pertanyaan. Kenapa Keiko meninggalkan Tokyo? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Semua itu menghantui Ren di tengah usahanya untuk menerima kepergian sang kakak. 

My Thoughts

Saat sedang menjelajahi Ipusnas, aku random aja, sih, milih buku ini. Ketika mengecek genrenya di Goodreads, aku langsung terpaku pada kata "mystery-thriller", tapi luput melihat "literary fiction" :).

Semula kupikir buku ini aslinya ditulis dalam bahasa Indonesia, terlebih karena nama penulisnya yang Indonesia banget. Lalu aku baru sadar kalau novel ini adalah terjemahan dari buku berbahasa Inggris dengan judul serupa. Sementara penulisnya adalah kelahiran Indonesia yang menetap di Singapura.

Sampul Rainbirds versi bahasa Inggris. Sumber: https://images.booksense.com/images/558/958/9781616958558.jpg

Let's talk about what I like...

Buku ini punya vibes yang tenang, sendu, sepi. Apalagi latar tempatnya yang berlokasi di sebuah kota terpencil dengan kehidupan yang tidak semarak, berbeda jauh dari kota besar. Rasa-rasanya Mbak Clarissa merupakan penggemar Murakami, karena jujur aja style-nya gak berbeda jauh dari sang penulis ternama asal Jepang. Dari cara penulisannya, penjabarannya, suasana cerita, tokoh utama pria yang selalu gelisah karena sesuatu, karakter perempuan yang penuh semangat, pembahasan soal seks yang hmm (walau di novel ini gak mendeskripsikan sejelas Murakami, cuma disinggung di beberapa bagian).

Sumber: https://i.pinimg.com/originals/66/bb/27/66bb27d905ba6bb05283fdbcff81c595.jpg

Rainbirds akan cocok dengan pembaca yang sedang mencari bacaan santai dan bisa dinikmati perlahan-lahan, juga untuk kalian yang menyukai genre Literary Fiction serta Magical Realism. Aku sendiri jarang baca literary fiction, tapi untuk yang satu ini, menurutku masih oke. Walau gak banyak yang terjadi, tetap aja aku dibuat penasaran sampai akhir. Tapi bukan jenis penasaran yang, "WOY, APAAN WOY?", melainkan lebih ke, "Hm... abis ini apa ya?". Bisa dibilang, aku gak merasa gregetan banget, sih.

Emosiku selama membaca ini stabil aja, gak ada lonjakan yang berlebihan. Karena, ya, buku ini juga punya alur yang datar. Konfliknya tidak berlebihan dan terkesan normal. 

What I Dislike...

Sebenarnya aku mengharapkan genre misteri yang bikin gregetan. Atau, yah, setidaknya seperti buku misteri pada umumnya, deh. Dan sayangnya bukan itu yang kudapat. I'm not 100% dissapointed. Sebenarnya buku ini bisa saja bagus, tapi ada beberapa hal yang menggangguku.

Cara penulisannya yang minimalis cukup membuat aku terusik. Ada kalimat-kalimat yang terkesan kaku banget, ada pula kalimat yang mengalami banyak repetisi kata. Hal-hal begini bikin flow membaca jadi agak tersendat. Biasanya aku langsung dibuat mikir, "Ini kok ngulang terus, ya? Ga efektif banget." Masalah ini bisa jadi disebabkan oleh faktor terjemahan, entah bagaimana kalau versi bahasa Inggrisnya. Belum lagi, lebih banyak tell dibandingkan show. Alhasil selama membaca, rasanya agak lempeng gitu, loh.

Penulis juga suka memenggal kalimat. Misalnya di halaman ke-60: 'Kami memperkenalkan diri. Dia mengangguk sekali sebelum menyuruh kami masuk. Kami mencopot sepatu dan mengikutinya.' Mungkin style-nya yang kurang cocok di aku, karena menurutku penulisan seperti ini agak, hmm, kurang menarik :") Aku sendiri jarang baca buku yang kesannya "minimalis". Menurutku deskripsi ga harus panjang lebar, tapi jangan sesedikit itu juga. Ditulis dengan penggalan semacam itu pula.

Mengenai alurnya, di awal sempat disajikan beberapa misteri mengenai kehidupan Keiko di Akakawa serta kematiannya. Tapi di semakin ke tengah, misteri-misteri itu terlupakan karena kita mengikuti kehidupan Ren selama di kota tersebut. Barulah kemudian misteri disajikan kembali. Ceritanya benar-benar slow-paced, jadi buat kalian yang gak suka alur lambat kemungkinan besar akan kebosanan duluan. Buat yang berekspektasi pada misteri seru nan gregetan, kemungkinan besar gak akan cocok juga sama Rainbirds :")

Pengungkapan jawaban dari misterinya membuatku tepuk jidat. Rasanya petunjuknya masih agak tanggung, eh, tapi Ren Ishida sudah bisa menebak dengan percaya diri. Detetctive Conan, who? We only need Ren Ishida. 😌Yah, mungkin dia bisa tahu dari gelagat orang sekitar ditambah sekelumit petunjuk yang dia punya. Tapi, aku sendiri merasa reveal misterinya terlalu tiba-tiba. 


Overall, ceritanya not bad. Umumnya aku suka novel dengan gaya seperti ini, tetapi masih terdapat beberapa kekurangan di Rainbirds yang membuatku merasa netral saja terhadap buku ini. 


Komentar

Postingan Populer