Ngomongin Buku || Godkiller by Hannah Kaner
Judul: Godkiller
Pengarang: Hannah Kaner
Penerbit: Harper Voyager
Jumlah Halaman: 307 hlm
Tahun Terbit: 2023
About This Book
Sesuai judulnya, Godkiller membawakan kisah seorang pembunuh dewa bernama Kissena. Pada awalnya manusia dan dewa hidup berdampingan satu sama lain, tetapi serangkaian masalah membuat keadaan menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat. Raja Arren, sang penguasa dalam cerita, memerangi dewa-dewi dan menjadikan era kepemimpinannya sebagai masa di mana sosok dewata tidak boleh lagi disembah.
Kissena sendiri tumbuh membenci dewa-dewi setelah nasib tragis yang dia alami. Hingga suatu saat, dia bertemu dengan Inara, seorang putri bangsawan yang terikat dengan Skediceth, Dewa Kebohongan Putih (God of White Lies). Kini mereka bertiga harus pergi ke kota Blenradden, yang merupakan kota dewa-dewi, untuk mencari tahu bagaimana bisa Inara dan Skedi terikat satu sama lain.
Pada sisi yang berbeda, pembaca juga mengikuti kisah Elogast, seorang mantan kesatria sekaligus kawan akrab Raja Arren yang juga harus ke Blenradden untuk menyelamatkan sahabatnya. Nantinya pada satu titik, ketiga karakter akan berjumpa dan terjebak dengan satu sama lain dalam petualangan yang menanti mereka.
Berhasilkah mereka menemukan apa yang diinginkan di kota tujuan? Dapatkan mereka bekerja sama dengan satu sama lain?
Let's Talk About What I Like
Konsep world-building termasuk oke. Aku paling tertarik dengan cara sang penulis menciptakan dewa-dewi dengan segala kekurangan, ketamakan, dan kekejian mereka. Di pikiranku, biasanya sosok dewata sulit untuk disentuh, tapi di sini, mereka bahkan bisa dibunuh. Mereka juga punya rasa takut, terutama takut dilupakan dan tidak lagi dicintai. Hal itu tergambar lebih jelas dalam karakter Skediceth, alias god of white lies.
Mengenai karakternya, jujur aku merasa hubungan antartokoh di buku ini sedikit mirip The Witcher. Ada anak kecil dan "pengasuhnya" yang ganas. Lalu ada satu lagi karakter yang tentu akan menjalin hubungan romansa dengan sang "pengasuh". You get the concept. Tapi dari segi kepribadian, aku suka dengan Kissen yang emosian tapi tetap punya empati dan kepedulian terhadap sesama, terutama pada anak kecil. Selain itu, melihat dia suka maki-maki juga seru, WKWKWKWK. Sangat relate dengan aku yang emosian ini.
Karakter Inara sendiri juga punya improvement yang menarik. Sekalipun dia seorang putri keluarga bangsawan, tetap aja dia kuat dengan caranya sendiri. Walau di saat tertentu kita diperlihatkan dengan sosoknya yang masih muda dan penuh kebimbangan, pada akhirnya dia punya prinsip yang membantunya di berbagai situasi. Menurutku sifatnya sangat sesuai dipadukan dengan Skedi, sang dewa yang penuh manipulasi dan kerap mencoba mengendalikan Inara. Pertemanan mereka berdua memang rumit, karena di satu sisi ada anak perempuan yang masih muda, di sisi lain ada sosok dewa yang bisa memengaruhinya dalam berbagai hal. Tetapi keteguhan Inara dan perkembangan karakter Skedi benar-benar disampaikan dengan baik oleh Hannah Kaner.
Kemudian untuk karakter Elogast sendiri sangat merepresentasikan nasib seorang prajurit sehabis peperangan. Mulai dari kecemasan yang dialami serta segala upayanya untuk mengenyahkan ketakutannya. Aku suka sama karakter cowok yang kuat tapi punya struggle, dan mereka melakukan berbagai cara untuk sembuh dari masalah tersebut tanpa merugikan orang lain.
Representasi dalam cerita ini juga top banget, karena ada banyak karakter penyandang disabilitas yang tetap kuat dan kece. Kissen sendiri kehilangan setengah dari salah satu kakinya sejak kecil, tapi dia tetap badass. Bahkan sang penulis juga mendeskripsikan bagaimana seseorang yang kehilangan anggota tubuh sebenarnya masih bisa merasa sakit pada bagian yang hilang itu, atau dikenal juga dengan istilah 'nyeri bayangan'. Menurutku ini termasuk detail yang menarik dan bahkan bisa dibayangkan dengan jelas saat aku membaca novelnya.
What I Dislike
Again, Ladies and Gents, the romance!!!! Bisa ga sih kita budayakan romansa yang agak diperlambat? I don't mind cute interactions along the story, but giving more than that is unecessary.
Menurutku, akan lebih baik jika pembaca diberi lebih banyak lagi momen kebersamaan antara ketiga karakter. Untuk di buku pertama, sebenarnya sudah cukup banyak. But I need more laaaa. Karena hubungan ketiganya masih terasa agak tanggung.
Untuk ukuran adult fantasy pun, sebenarnya konflik di novel ini masih kurang untuk orang dewasa. Sebenarnya bisa aja masuk young adult, tapi itu berarti Kissen harus mengurangi makiannya, WKWKWK.
Tapi, secara keseluruhan ceritanya menarik dan seru. Aku pribadi bakalan lanjut baca ke buku berikutnya.
Komentar
Posting Komentar